Salam Redaksi...!
Beberapa pekan kemarin, nama Ponari menjadi buah bibir. Olah kata dan visual media, baik cetak maupun elektronik, membuatnya sementara waktu menjadi sosok “selebritis”. Wajah polos anak sepuluh tahun itu menjadi konsumsi publik lantaran ribuan orang rela mengantre untuk memeroleh tuah batu Ponari. Fenomena Ponari lantas menjelma menjadi “Ponariologi”. Beberapa pakar dari pelbagai latar keilmuan mencoba membedahnya. Pakar sosiologi memandang hal ini sebagai akibat dari pola pikir masyarakat kita yang masih didominasi oleh mitos dan mistis. Ada juga yang mengkritik kegagalan pemerintah memberikan pelayanan kesehatan memadai bagi rakyat. Sementara, sebagian praktisi medis merekomendasikan agar batu Ponari diuji laboratorium. Pasalnya, besar kemungkinan benda itu mengandung elemen tertentu yang mampu menginduksikan energi positif ke dalam tubuh manusia. Di lain pihak, pakar pendidikan dan psikologi anak, menengarai Ponari sebagai obyek eksploitasi ekonomi beberapa kerabatnya. Ya, kesibukan melayani pasien menyebabkan Ponari kehilangan hak dasarnya sebagai anak. Ia kehilangan waktu bermainnya, bahkan bersekolah pun sulit sebab ribuan orang menungguinya. Waktu istirahatnya pun terpangkas. Inilah wujud eksploitasi ekonomi pada anak yang paling gamblang. Mengkaryakan anak seharusnya berada dalam koridor dan porsinya. Salah satu metode yang tepat ialah entrepreneurship for kids atau kewirausahaan untuk anak. Ini yang akan diulas Al Madinah.
Iftitah :
Laporan Utama :
Gagasan :
Hikmah & Nasehat :
Profile & Catatan :
Sudut Pandang :
Beberapa pekan kemarin, nama Ponari menjadi buah bibir. Olah kata dan visual media, baik cetak maupun elektronik, membuatnya sementara waktu menjadi sosok “selebritis”. Wajah polos anak sepuluh tahun itu menjadi konsumsi publik lantaran ribuan orang rela mengantre untuk memeroleh tuah batu Ponari. Fenomena Ponari lantas menjelma menjadi “Ponariologi”. Beberapa pakar dari pelbagai latar keilmuan mencoba membedahnya. Pakar sosiologi memandang hal ini sebagai akibat dari pola pikir masyarakat kita yang masih didominasi oleh mitos dan mistis. Ada juga yang mengkritik kegagalan pemerintah memberikan pelayanan kesehatan memadai bagi rakyat. Sementara, sebagian praktisi medis merekomendasikan agar batu Ponari diuji laboratorium. Pasalnya, besar kemungkinan benda itu mengandung elemen tertentu yang mampu menginduksikan energi positif ke dalam tubuh manusia. Di lain pihak, pakar pendidikan dan psikologi anak, menengarai Ponari sebagai obyek eksploitasi ekonomi beberapa kerabatnya. Ya, kesibukan melayani pasien menyebabkan Ponari kehilangan hak dasarnya sebagai anak. Ia kehilangan waktu bermainnya, bahkan bersekolah pun sulit sebab ribuan orang menungguinya. Waktu istirahatnya pun terpangkas. Inilah wujud eksploitasi ekonomi pada anak yang paling gamblang. Mengkaryakan anak seharusnya berada dalam koridor dan porsinya. Salah satu metode yang tepat ialah entrepreneurship for kids atau kewirausahaan untuk anak. Ini yang akan diulas Al Madinah.
DAFTAR ISI
Iftitah :
Laporan Utama :
Gagasan :
Hikmah & Nasehat :
Profile & Catatan :
Sudut Pandang :
Comments :
Posting Komentar
Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih