Susahnya Menjadi Single Parent (Bag. II-Habis)


Apa pun kondisi orangtua, urusan anak tetaplah prioritas utama. Jangan sampai masa depannya tergadaikan lantaran permasalahan orangtua. Setelah pada Al Madinah edisi lalu saya menulis langkah-langkah yang mesti Anda lakukan sebagai single parent bagi diri sendiri, kini adalah yang harus diperhatikan untuk anak.

Sambil memperbaiki keadaan diri terus menerus, anak harus tetap terperhatikan. Kegoncangan yang terjadi pada anak seperti sikap agresi, prestasi menurun, manja, atau mudah emosi adalah hal biasa yang akan ditemui pada mulanya. Hanyalah perhatian dan kasih sayang Anda yang bisa membuatnya kembali seperti sedia kala.


a. Memberi tahu keadaan yang berubah

Siapa pun tak mau menjadi single parent. Namun demikian Anda harus siap menjadi ibu sekaligus bapak bagi anak-anak. Tak ada salahnya bersikap terbuka pada anak tentang posisi Anda sebagai orang tua tunggal, apalagi bila usia anak sudah di atas 12 tahun.

Anak seusia ini biasanya sudah mulai bisa memahami. Nah, daripada anak mendengar dari orang lain tentang perceraian Anda dengan ayahnya, misalnya, lebih baik terangkanlah secara mudah dalam bahasa mereka. Jelaskan bahwa kejadian ini bukan karena kesalahan mereka. Dan apapun yang terjadi, ayah dan ibu tetap akan menyayangi.

Selain itu yang yang tak kalah penting, jangan pernah menjelekkan mantan suami pada anak-anak. Biarkan anak yang menilai, siapa ayahnya. Pasalnya, bila Anda sudah menjelekkan, anak akan mempunyai pemikiran yang berbeda pada Anda. Bahkan anak dapat memusuhi Anda karena kedekatan emosi yang sebelumnya telah ia lekatkan kepada ayahnya.


b. Memberi perhatian yang tidak jauh berbeda

Bila selama ini suami begitu perhatian atau bercanda dengan anak sepulang kerja, coba lakukan hal yang sama, sehingga meski tidak ada kehadiran sang ayah, anak masih memiliki Anda yang juga tak kalah dalam mencurahkan kasih sayang.

Kehilangan figur ayah pada anak laki-laki akan membuatnya tidak terlalu utuh sebagai pria ketika dewasa. Pasalnya, ia kehilangan figur yang bisa ditirunya dalam berbagai hal. Akan tetapi hal tersebut bisa disiasati dengan menanamkan nilai-nilai aturan lewat buku cerita. Bagaimana sih anak laki-laki itu tanggung jawabnya? peran dalam keluarga? dan lain-lain.

Cara yang lain adalah dengan memunculkan figur lain bagi anak pengganti sang ayah, misalnya dengan mendekatkan anak kepada paman atau kakek yang kita rasakan bisa cocok sebagai figur teladan yang baik.


c. Luangkan waktu

Sesibuk apa pun Anda, anak tetaplah utama. Anda bekerja membanting tulang bagi anak, tapi bila tidak pernah punya waktu untuk anak, sia-sia saja usaha yang Anda lakukan selama ini. Yang terpenting, aturlah waktu seefisien mungkin. Kapan saatnya bekerja, dan kapan waktu bagi anak.

Usahakan saat anak berada di rumah, Anda juga ada di sampingnya, sehingga komunikasi tetap terjalin. Jangan pernah menolak anak saat mereka minta dimanja atau diperhatikan, sesibuk dan seletih apa pun Anda. Ingat, kalau bukan pada Anda, kepada siapa lagi anak bisa bermanja-manja?


d. Mengajaknya silaturahmi

Seringkali, begitu hubungan perkawinan putus, maka putus pula tali silaturahmi antara suami-istri. Merasa sudah tidak lagi punya hubungan satu sama lain, sehingga hubungan kekeluargaan yang selama ini terjalin pun putus dengan sendirinya. Tidak ada komunikasi, bahkan ada pula pasangan atau keluarga yang lantas jadi saling membenci.

Ini tentu tak baik dan tidak mendidik anak. Anak pasti akan bertanya, "Kok selama ini yang saya kenal hanya keluarga Mama saja, mana keluarga Papa?"
Jadi, meski sudah berpisah dengan suami, bahkan mungkin sudah menikah lagi, silaturahmi sebaiknya harus tetap jalan.

Mungkin tidak bisa sedekat dulu lagi, tetapi minimal komunikasi harus tetap ada. Jangan sampai memutuskan hubungan anak dengan ayah/keluarga ayah.


e. Memberi Tauladan

Hal paling mujarab bagi seorang ibu untuk dapat menjadikan anaknya sebagai orang hebat adalah menjadikan dirinya hebat terlebih dahulu. Anak adalah pemerhati. Apa saja yang kita lakukan akan diamati dan ditiru. Cara kita menyelesaikan masalah, cara kita menyikapi kegagalan, akan ditiru dan selalu menjadi caranya hingga dewasa. Maka jadilah seorang ibu yang hebat agar kelak dapat memiliki anak-anak yang hebat!

Selamat mencoba….

Comments :

0 komentar to “Susahnya Menjadi Single Parent (Bag. II-Habis)”

Posting Komentar

Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih

 

koleksi

koleksi

Redaksi

Ketua Pengarah: M. Arif Junaidi. Penanggungjawab: Syarif Thayib (Ketua Yayasan Al Madinah).
­Redaktur Ahli: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj., Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, Masuki M. Astro, Siti Raudlatul Jannah, S.Ag . Pemimpin Umum: Izzuddin Al Anshary. Pemimpin Redaksi: M. Syafiq Syeirozi. Redaktur Pelaksana: A. Suud Fuadi. Dewan Redaksi: Helmi Jauhari, A. Fathul Hudi. Distributor: Syafi’uddin. Kontributor Edisi ini: Aura Azzahra. Desain/Layout: Abd. Rokhman
Alamat Redaksi: Grha Aitam, Jl. Bratang Binangun IX/25-27 Surabaya. Telepon/Faksimile: (031) 5019424 / 5022212. ­E-Mail: redaksimadinah@yahoo.com. Web Blog: majalah-madinah.blogspot.com