Tersulut oleh kenyataan bahwa bahasa Inggris merupakan alat komunikasi sosial kedua setelah bahasa nasional, Ali Murtadlo, S.H., Presiden Direktur JTV Surabaya, mewajibkan kedua putranya, Faza dan Alfa, untuk mengikuti kursus bahasa Inggris sejak masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK).
“Ya usia segitu kan otak manusia masih fresh sehingga mudah sekali menangkap pelajaran apa pun. Berbeda ketika orang sudah beranjak dewasa, mulai banyak hal yang dipikirkan,” ujarnya saat ditemui Al Madinah di kantornya pada 04/11/09.
Sebagai orangtua, Ali cukup memberikan lingkungan yang kondusif agar anaknya merasa enjoy berbahasa asing. “Saat berkumpul, saya dan istri biasa mengajak anak-anak bercakap dalam bahasa Inggris. Degan cara itu, anak jadi tidak mudah lupa hasil belajarnya,” ujar suami dari Prof. Dr. Tatik Suryani, Rektor STIE Perbanas Surabaya itu.
Bahkan terkadang ketika makan di restoran, Ali dan istrinya menanyakan pada anaknya, “Mau nggak berbahasa Inggris di sini?” Terkadang buah hatinya enggan, "Malu, nanti dikiranya apa, nggak enak." Jika anak sudah memutuskan seperti itu, maka Ali tidak memaksakannya.
Secara kognitif maupun psikis, setiap anak sebenarnya mampu dikondisikan dalam situasi dwibahasa, asal dilakukan dengan cara yang ringan dan menyenangkan. Mood dan suasana hati anak harus menjadi pertimbangan utama orangtua.
Sarjana Hukum Unair Surabaya tersebut tidak menekankan sisi gramatikal dalam mengajari kedua buah hatinya. Pasalnya, hal itu memang menjemukan dan membebani anak untuk menghafal. “Untuk bidang itu, biar dipelajari di sekolah atau lembaga kursusnya,” tukasnya.
Bagi Ali, yang terpenting ialah kemampuan berkomunikasi. Targetnya agar bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris di lingkungannya nanti, entah itu di tempat kerja ataupun lembaga pendidikan.
Perihal kekhawatiran sebagian orang akan tergerusnya bahasa Indonesia dalam jangka panjang jika anak lebih ditekankan untuk menggunakan bahasa Inggris, Ali menepisnya, “Saya kira kok tidak mungkin sebab komunitas sosial kita masih berbahasa Indonesia. Justru yang rentan tergerus ialah bahasa daerah.”
Selain itu bahasa Indonesia adalah satu materi ujian nasional. Sehingga secara otomatis anak akan belajar secara sungguh-sungguh untuk mempelajarinya. Karena itu, ia mendukung lembaga pendidikan yang menerapkan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar. Justru dalam situasi itu, akan terjadi pengayaan bahasa.
“Toh kedua anak saya tetap bisa berbahasa Indonesia secara baik dan benar,” tegasnya. Hingga kini, saat kedua putranya yang sudah menginjak bangku SMA dan SMP, Ali kerap berbincang dalam bahasa Inggris kepada keduanya. (Syafiq)
Mengkursuskan Bahasa Inggris Sejak TK
Salam, Jumat, 18 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
Posting Komentar
Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih