Aku Bepikir Maka Aku Bersyukur

Manusia lahir, hadir, dan mencari penghidupan di permukaan bumi, sehingga menjadi bagian tak terpisahkan darinya. Anak Adam berinteraksi dengan alam, memanfaatkan dan memberdayakan lingkungannya, namun seringkali pula merusaknya.

Manusia juga dikaruniai akal pikiran untuk membaca ayat-ayat kauniah Allah yakni alam semesta ini. Ayat pertama yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW adalah Q.S. Al Alaq: 1 yang memerintahkan manusia untuk terus membaca dengan nama-Nya. Bukan hanya ayat Al Quran yang wajib dibaca, tetapi juga alam seisinya ini, karena termasuk ayat-ayat Allah pula.

Dengan akal pikirannya, manusia memperhatikan dan mempelajari apa pun yang dapat diraih dari dan diberikan untuk lingkungannya. Semangat manusia untuk mempelajari dan memberdayakan alam menghasilkan ilmu-ilmu pengetahuan dasar maupun terapan.

Lahirlah ilmu biologi, fisika, kimia, astronomi, dan lain sebagainya. Selain makrokosmos (jagad semesta), manusia juga mempelajari dirinya sendiri (mikrokosmos). Maka berkembanglah ilmu anatomi, fisiologi, psikologi, neurologi, dan semacamnya.

Melalui proses memerhatikan, memikirkan, dan meneliti fenomena alam dan diri sendiri (pemberdayaan kecerdasan intelektual), manusia sebenarnya sangat terkondisikan untuk mengembangkan kecerdasan spiritualnya.

Manusia lebih memahami tentang H2O (air) sebagai sumber kehidupan. Tetes air diturunkan dari langit hingga jutaan liter secara perlahan, tidak sekaligus. Lantas air menyatu di samudera dengan segala kehidupan dan kekayaan di dalamnya, mengalir dari hulu menuju muara dan menyemarakkan peradaban di sekitar alirannya.

Lantas betapa besar jasa daun-daun yang selalu menyuplai hawa kehidupan dengan oksigen (O2) yang dilepaskannya. Daun pun membersihkan sampah pernafasan yakni karbondioksida (CO2) yang kita serap dari polusi udara. Kemudian daun juga menghadiahkan energi kepada kita dalam bentuk buah-buahan yang sangat variatif.

Oksigen adalah kunci kelangsungan hidup. Setiap setahun, pernafasan manusia mengkonsumsi 5 juta liter udara, dan itu diperoleh tanpa harus membeli atau antri. Alveolus dalam paru-paru menangkap O2 dari udara, sekaligus membuang sampah (CO2).

Betapa supercanggih sistem distribusi dalam tubuh manusia sehingga oksigen tersebut dapat disebar merata ke 10 ribu milyar sel-sel tubuh dalam waktu sesaat. Manfaatnya, terjadilah proses interaksi dalam sel otak manusia sebagai pusat komando pikiran. Sehingga manusia mampu untuk berpikir, menyimpan memori, berencana, mengambil keputusan, dan sebagainya.

Itulah sebagian kecil dari fenomena semesta yang sudah dipikirkan oleh manusia. Masih sangat banyak fenomena yang belum diperhatikan dan dipelajari. Namun dari sedikit pengetahuan dan pemahaman itu, manusia sudah dapat menarik beberapa kesimpulan mendasar;

Pertama, kehadiran jagad raya seisinya mustahil terjadi secara kebetulan atau asal-asalan. Semua itu terjadi sebagai hasil dari perencanaan yang akurat, berlangsung karena kehendak dan kekuatan Sang Maha Besar dan Cerdas.

Kedua, semua struktur yang ada di jagad semesta menjalankan fungsi-fungsinya secara rapi, dan berinteraksi satu sama lain dalam harmoni yang menakjubkan. Semuanya terjaga oleh Sang Maha Pemelihara yang juga Sutradara Agung.

Ketiga, tidak ada zat selain Allah SWT yang memiliki kehendak dan perencanaan agung seperti itu, kareana hanya Dia yang memiliki kemampuan dan kekuasaan tak terbatas untuk menciptakan semua itu.

Keempat, tidak seorang manusia pun, termasuk Nabi atau Rasul, yang diberi kemampuan untuk menciptakan sesuatu di jagad raya. Bahkan untuk “sekadar” menciptakan seekor lalat, tak seorang pun manusia bisa. Manusia hanya diberi kewenangan untuk mengelola isi di bumi sebagai praktik khalifatullah fil ardhi. Sayangnya, manusia belum mampu berperan optimal dalam memelihara ekosistem, karena lebih sering mencemarkan daripada memeliharanya.

Karena itu mutlak tidak boleh memindahkan seorang manusia, sehebat apa pun dia, dari wilayah kemanusian menuju wilayah ketuhanan. Di wilayah ketuhanan hanya ada Allah SWT. manusia, wilayahnya adalah wilayah kemanusiaan.

Dari kesimpulan mendasar tersebut, manusia yang berakal dan berpikir jernih, pasti akan meyakini Allah sebagai Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan selain Dia. Maka tidak ada yang patut disembah dan menjadi tempat bergantung kecuali Dia.

Ujung-ujungnya, setelah manusia berpikir dan menyadari bahwa segala sumber kehidupan berasal dari Allah SWT, maka syukur kepada-Nya adalah kewajiban mutlak. Ekspresi syukur selain diwujudkan dalam aktivitas ibadah pribadi seperti shalat dan puasa, juga dengan akhlak mulia yaitu jujur dan suka menolong terhadap sesama makhluk Allah.

Masih terdapat ratusan ayat kauniah Allah yang sejatinya untuk menggugah akal pikiran dan fitrah/hati nurani manusia, sehingga berkembang dan memiliki kekuatan mengendalikan hawa nafsu. Sayangnya, sejak zaman dahulu, kebanyakan manusia lebih didominasi oleh gejolak sahwat yang mendorong manusia lebih asyik dalam hedonisme, foya-foya, atau rutinitas tanpa makna. Semuanya adalah bentuk keinkaran terhadap nikmat Allah.

Indonesia adalah negeri yang kaya sumber daya alam, gemah ripah loh jinawi, dalam pepatah Jawa. Tetapi mengapa negeri ini terus-menerus terpuruk dalam krisis, bencana alam pun beruntun menerpa? Boleh jadi, karena penghuni negeri ini tak pernah mensyukuri nikmat.

Elit negara doyan korupsi, rakyatnya ikut-ikutan suka mencuri atau memupuk kekayaan tanpa peduli tetangga. Maka firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim: 7 ”Takala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya siksaku-Ku sangat pedih,” sungguh terbukti.

Comments :

0 komentar to “Aku Bepikir Maka Aku Bersyukur”

Posting Komentar

Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih

 

koleksi

koleksi

Redaksi

Ketua Pengarah: M. Arif Junaidi. Penanggungjawab: Syarif Thayib (Ketua Yayasan Al Madinah).
­Redaktur Ahli: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj., Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, Masuki M. Astro, Siti Raudlatul Jannah, S.Ag . Pemimpin Umum: Izzuddin Al Anshary. Pemimpin Redaksi: M. Syafiq Syeirozi. Redaktur Pelaksana: A. Suud Fuadi. Dewan Redaksi: Helmi Jauhari, A. Fathul Hudi. Distributor: Syafi’uddin. Kontributor Edisi ini: Aura Azzahra. Desain/Layout: Abd. Rokhman
Alamat Redaksi: Grha Aitam, Jl. Bratang Binangun IX/25-27 Surabaya. Telepon/Faksimile: (031) 5019424 / 5022212. ­E-Mail: redaksimadinah@yahoo.com. Web Blog: majalah-madinah.blogspot.com