Binti Rohmatin, Kontributor Jombang
Salah satu panti asuhan yatim piatu di Jombang yang berkembang mandiri, adalah Panti Asuhan Al Hasan di Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek, Jombang. Untuk mengurangi kebutuhan minyak tanah dan energi listrik sehari-hari, Panti memanfaatkan kotoran sapi dan ayam ternaknya yang diolah menjadi biogas alami.
Lokasi panti ini terletak sekitar tiga kilometer di sebelah selatan pusat kota Kabupaten Jombang. 40-45 anak penghuni panti bernaung di bawah asuhan Miftahul Hinan, 38 tahun.
Ketika banyak orang mengeluhkan kelangkaan dan dicabutnya subsidi minyak, panti ini justru enjoy dengan energi biogasnya. Praktis dengan cara itu, panti asuhan ini tidak lagi dipusingkan oleh beban pengeluaran untuk pembelian mitan yang setiap bulan menghabiskan dana cukup besar antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta.
Maklum, empat lokal yang dihuni anak asuh berikut masjid dan lembaga pendidikan yang berada di kompleks panti asuhan ini memerlukan mitan dalam jumlah banyak. Selain untuk penerangan, mitan juga dipakai untuk bahan bakar kompor guna memasak.
‘’Dari sinilah kemudian muncul ide memanfaatkan kotoran sapi dan ayam untuk energi biogas pengganti mitan,’’ tutur Miftahul Hinan, Sarjana dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang ini.
Selama ini, Panti Al Hasan memelihara sekitar 1.500 ayam petelor dan 6 ekor sapi. Hewan-hewan ternak itu sehari-hari menghasilkan feces (kotoran) cukup banyak. Berdekatan dengan kandang disediakan septic tank mirip sumur, berbentuk lingkaran dengan diameter dan kedalaman lima meter, untuk menampung 60.000 liter
“Septic tank ini didesain sedemikian rupa, sehingga meskipun
setiap hari digelontor kotoran sapi dan ayam, selalu ada ruang kedap udara antara permukaan feces dengan dinding atas septic tank,” ujar lelaki yang akarab disapa Pak Hinan itu sambil menunjuk ke arah septic tank.
Suami dari Musabbihah ini menerangkan, setiap kali timbunan feces menyentuh batas tertentu, sebagian feces otomatis mengalir ke septic tank kedua yang kapasitasnya lebih kecil, karena berfungsi menampung sisa septic tank utama. Selanjutnya feces sisa itu menjadi ampas dan dialirkan ke penampungan tersendiri.
Dari ruang kedap udara itulah terkumpul biogas yang muncul dari proses fermentasi feces. Unsur utama dalam biogas itu ialah gas metana (CH4) yang mudah terbakar 55-75 persen, karbon dioksida (CO2) 25-45 persen, nitrogen (N2) 0,3 persen, hidrogen (H2) 1-5 persen, hidrogen sulfida (H2S) 0-3 persen, dan oksigen (O2) 0,1-0,5 persen.
Terlihat, pada septic tank bagian atas dipasang pipa besi untuk menyalurkan energi ke dapur dan rumah. Kemudian energi itu digunakan sebagai bahan bakar kompor pengganti mitan, serta bahan bakar bagi lampu petromaks di dapur. Termasuk mengaktifkan genset khusus berbahan bakar biogas yang bisa menghasilkan energi listrik, bila ada pemadaman listrik.
’’Ini sangat efisien, hasil energi ini sangat berlimpah untuk keperluan sehari-hari,’’ papar Hinan bangga. Saking bangganya, bapak dari tiga anak ini percaya diri memaparkan energi biogasnya di hadapan para pengembang negara Asia di salah satu hotel berbintang di Surabaya beberapa waktu lalu.
Karena merasakan besarnya manfaat energi biogas, dalam waktu dekat Hinan bersama beberapa pengurus panti asuhan di Jombang, berencana mengembangkan hal yang sama ke panti lain. “Mudah-mudahan tidak terkendala anggaran, karena energi biogas ini sangat membantu meringankan beban pengeluaran,’’ paparnya.
Salah satu panti asuhan yatim piatu di Jombang yang berkembang mandiri, adalah Panti Asuhan Al Hasan di Desa Watugaluh, Kecamatan Diwek, Jombang. Untuk mengurangi kebutuhan minyak tanah dan energi listrik sehari-hari, Panti memanfaatkan kotoran sapi dan ayam ternaknya yang diolah menjadi biogas alami.
Lokasi panti ini terletak sekitar tiga kilometer di sebelah selatan pusat kota Kabupaten Jombang. 40-45 anak penghuni panti bernaung di bawah asuhan Miftahul Hinan, 38 tahun.
Ketika banyak orang mengeluhkan kelangkaan dan dicabutnya subsidi minyak, panti ini justru enjoy dengan energi biogasnya. Praktis dengan cara itu, panti asuhan ini tidak lagi dipusingkan oleh beban pengeluaran untuk pembelian mitan yang setiap bulan menghabiskan dana cukup besar antara Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta.
Maklum, empat lokal yang dihuni anak asuh berikut masjid dan lembaga pendidikan yang berada di kompleks panti asuhan ini memerlukan mitan dalam jumlah banyak. Selain untuk penerangan, mitan juga dipakai untuk bahan bakar kompor guna memasak.
‘’Dari sinilah kemudian muncul ide memanfaatkan kotoran sapi dan ayam untuk energi biogas pengganti mitan,’’ tutur Miftahul Hinan, Sarjana dari Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang ini.
Selama ini, Panti Al Hasan memelihara sekitar 1.500 ayam petelor dan 6 ekor sapi. Hewan-hewan ternak itu sehari-hari menghasilkan feces (kotoran) cukup banyak. Berdekatan dengan kandang disediakan septic tank mirip sumur, berbentuk lingkaran dengan diameter dan kedalaman lima meter, untuk menampung 60.000 liter
“Septic tank ini didesain sedemikian rupa, sehingga meskipun
setiap hari digelontor kotoran sapi dan ayam, selalu ada ruang kedap udara antara permukaan feces dengan dinding atas septic tank,” ujar lelaki yang akarab disapa Pak Hinan itu sambil menunjuk ke arah septic tank.
Suami dari Musabbihah ini menerangkan, setiap kali timbunan feces menyentuh batas tertentu, sebagian feces otomatis mengalir ke septic tank kedua yang kapasitasnya lebih kecil, karena berfungsi menampung sisa septic tank utama. Selanjutnya feces sisa itu menjadi ampas dan dialirkan ke penampungan tersendiri.
Dari ruang kedap udara itulah terkumpul biogas yang muncul dari proses fermentasi feces. Unsur utama dalam biogas itu ialah gas metana (CH4) yang mudah terbakar 55-75 persen, karbon dioksida (CO2) 25-45 persen, nitrogen (N2) 0,3 persen, hidrogen (H2) 1-5 persen, hidrogen sulfida (H2S) 0-3 persen, dan oksigen (O2) 0,1-0,5 persen.
Terlihat, pada septic tank bagian atas dipasang pipa besi untuk menyalurkan energi ke dapur dan rumah. Kemudian energi itu digunakan sebagai bahan bakar kompor pengganti mitan, serta bahan bakar bagi lampu petromaks di dapur. Termasuk mengaktifkan genset khusus berbahan bakar biogas yang bisa menghasilkan energi listrik, bila ada pemadaman listrik.
’’Ini sangat efisien, hasil energi ini sangat berlimpah untuk keperluan sehari-hari,’’ papar Hinan bangga. Saking bangganya, bapak dari tiga anak ini percaya diri memaparkan energi biogasnya di hadapan para pengembang negara Asia di salah satu hotel berbintang di Surabaya beberapa waktu lalu.
Karena merasakan besarnya manfaat energi biogas, dalam waktu dekat Hinan bersama beberapa pengurus panti asuhan di Jombang, berencana mengembangkan hal yang sama ke panti lain. “Mudah-mudahan tidak terkendala anggaran, karena energi biogas ini sangat membantu meringankan beban pengeluaran,’’ paparnya.
bagus gan