Agar Anak Senang Bahasa Inggris






Oleh: Prof. Dr. M. Ali Aziz M.A

(Guru Besar IAIN Sunan Ampel Surabaya)


Selama dua belas tahun saya mengajar bahasa Inggris di beberapa SMA di Surabaya, juga beberapa semester di kampus IAIN Sunan Ampel, saya menyimpulkan bahwa sebagian besar anak didik sebenarnya ingin mahir berbahasa Inggris. Sayangnya mereka tidak suka bahasa Inggris karena dinilai sulit, sehingga takut salah.
Padahal di sisi lain, bahasa Inggris merupakan bahasa komunikasi lintas negara. Ketika saya berkeliling ke beberapa negara, di pikiran saya sempat terbersit, “Alangkah kasihan mereka yang tidak bisa berbahasa Inggris.”
Dua alasan itu melandasi saya untuk mengajarkan bahasa Inggris kepada putra-putri sejak masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar. Targetnya sederhana, agar anak tidak takut dan bisa menyenangi bahasa Inggris, sehingga kelak mereka mampu berbahasa Inggris dan tidak perlu dikasihani saat melancong ke luar negeri.
Melalui tulisan ini, saya hendak berbagi cerita tentang metode pengajaran bahasa Inggris secara riang kepada anak usia dini. Barangkali Anda tidak setuju dengan pendekatan yang saya gunakan, tetapi bukankah segala metode mengandung plus minusnya sendiri?
Awalnya, jam khusus belajar bahasa Inggris bagi anak ialah selepas maghrib, tepatnya setelah mereka mengaji Al Quran. Materi pelajaran bukan rumus-rumus tata bahasa (grammar) yang terlihat njlimet dan membutuhkan energi hafalan yang berlebih.
Maka kepada setiap anak, saya langsung mengajari kosa kata tertentu seperti Good Morning, What’s your name, How are you, dan semacamnya. Kalimat-kalimat itu saya tuliskan bersama artinya, lalu saya perintahkan mereka untuk menghafalnya. Proses pembelajaran tidak berjalan lama, hanya sekitar 10 menit
Besoknya anak akan melafalkan kalimat-kalimat tersebut. Setelah anak bisa menguasainya, maka saya akan menambahkan beberapa kalimat baru. Hal itu rutin saya lakukan setiap hari (kecuali hari libur dan aral tertentu) kepada tujuh anak saat mereka menjejakkan kaki di kelas 1 SD.
Jika anak mulai menyenangi dan terbiasa dengan bahasa Inggris, pengajaran ditingkatkan dengan pemahaman terhadap teks short story (cerita pendek). Setelah anak bisa memahaminya, maka ditugaskan untuk mengisahkan isi cerita tersebut.
Tetapi yang harus dicamkan, dalam proses tersebut, urusan salah dan benar tak perlu terlalu dirisaukan. Sebab jika masih dalam permulaan sudah banyak dipersalahkan, ujung-ujungnya anak merasa minder lantaran takut salah dalam berbahasa Inggris dan susah berkembang.
Biasanya anak mengeluh lantaran pengejaan kata bahasa Inggris berbeda dengan tulisannya. Namun hal ini bisa diatasi dengan menunjukkan ciri-cirinya. Semisal jika ada dua huruf “O” seperti dalam kata voodoo (ilmu sihir) maka bacanya U. Huruf G dibaca J. Secara perlahan, nantinya anak akan niteni dengan sendirinya.
Dengan cara yang relatif ringan tersebut, target jangka pendek saya ialah anak bisa memahami dan kemudian berani bercakap-cakap dalam bahasa Inggris. Bukan berarti ilmu grammar tidak penting. Tetapi biarkan guru-guru di sekolah yang mengajarkannya. Kecuali jika orangtua menginginkan anaknya menjadi ahli bahasa, maka grammar bisa diajarkan sejak dini.
Secara prinsip, penutur bahasa Indonesia saja tidak mengerti ilmu tata bahasa. Mayoritas orang berbicara panjang lebar tanpa mengerti di mana posisi subyek, predikat, obyek, kata keterangan, dan sebagainya dalam seluruh kalimat yang terucap.
Alasan lain, pengajaran bahasa yang terlalu menekankan sisi gramatikal, selain menjemukan juga membebani anak untuk menghafalkan istilah-istilah. Hal ini juga saya lakukan ketika mengajari anak membaca Al Quran. Istilah dalam ilmu tajwid seperti mad, idghom, ikhfa’, dan sebagainya tidak pernah saya sampaikan kepada anak.
Saya hanya menunjukkan ciri-ciri tertentu, semisal ketika huruf nun bertemu dengan ba’ maka harus dibaca mendengung. Toh ketika anak belajar di madrasah diniyah atau pesantren, ilmu tajwid akan diajarkan secara lebih detail.
Dalam hemat saya, salah satu kelemahan pengajaran bahasa (Arab) di pondok pesantren ialah kurangnya praktik menulis bahasa Arab. Seharusnya pada tingkatan tertentu, santri diwajibkan untuk menulis dalam bahasa Arab. Semisal setelah pengajaran bab tertentu, santri ditugaskan untuk menyarikannya dengan bahasa Arab, semampunya.
Maka terhadap anak-anak, saya setiap hari mewajibkan mereka untuk menulis kisah tentang kegiatan mereka dalam bahasa Inggris. Dan sekali lagi, salah benar bukan obyek penilaian utama. Pasalnya, jika anak benar-benar sudah menyenangi bahasa Inggris, suatu waktu ketika tulisannya banyak, ia pasti akan mengevaluasinya.
Syarat lain ialah kedisiplinan dan pemberlakuan reward and punishment system. Jika anak tidak melaksanakan tugas, maka boleh dihukum. Namun jika bisa mengerjakannya secara baik, maka berhak diberikan hadiah walaupun sekadar pujian.
Dengan cara itu, saya bersyukur putra-putri saya tidak mengalami kesulitan saat harus membaca literatur-literatur berbahasa Inggris. Namun jujur, penguasaan bahasa Inggris mereka bukan karena pengajaran yang saya lakukan. Sebab saya hanya memotivasi mereka untuk menyenangi bahasa Inggris. Selebihnya, saat remaja, mereka belajar dari lembaga-lembaga kursus.


Comments :

0 komentar to “Agar Anak Senang Bahasa Inggris”

Posting Komentar

Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih

 

koleksi

koleksi

Redaksi

Ketua Pengarah: M. Arif Junaidi. Penanggungjawab: Syarif Thayib (Ketua Yayasan Al Madinah).
­Redaktur Ahli: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj., Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, Masuki M. Astro, Siti Raudlatul Jannah, S.Ag . Pemimpin Umum: Izzuddin Al Anshary. Pemimpin Redaksi: M. Syafiq Syeirozi. Redaktur Pelaksana: A. Suud Fuadi. Dewan Redaksi: Helmi Jauhari, A. Fathul Hudi. Distributor: Syafi’uddin. Kontributor Edisi ini: Aura Azzahra. Desain/Layout: Abd. Rokhman
Alamat Redaksi: Grha Aitam, Jl. Bratang Binangun IX/25-27 Surabaya. Telepon/Faksimile: (031) 5019424 / 5022212. ­E-Mail: redaksimadinah@yahoo.com. Web Blog: majalah-madinah.blogspot.com