Oleh Oriana Herawati
Wartawan, tinggal di Yogyakarta
Bapak atau ibu masih sering mendongeng untuk anak-anak menjelang tidur atau ketika bersantai?
Jika masih ada yang rajin mendongeng bagi putra-putrinya, hal itu sangat positif. Tapi jika kegiatan dongeng ini telah tergeser oleh film kartun di televisi, agaknya perlu dipikirkan lagi untuk memulainya.
Meski agak memakan waktu, kegiatan mendongeng sangat positif bagi pertumbuhan jiwa anak. Apalagi jika dongeng yang disampaikan bisa memacu imajinasinya, dan menuturkan hal-hal yang bisa dicontoh dalam kehidupan nyata.
Tetapi harus awas juga dengan dongeng yang diceritakan, karena imajinasi si kecil masih berkembang. Bisa-bisa, lantaran salah tafsir, muncul hal-hal negatif pada anak. Karenanya, saat mendongeng, ada baiknya ibu atau bapak, memperhatikan betul jalan ceritanya.
Tak hanya itu, bapak atau ibu sebaiknya tidak sembarangan memilih dongeng. Yang paling penting, jika si kecil bertanya apa pun seputar dongeng yang diceritakan, kita bisa menjawabnya dengan baik. Dan jawabannya juga harus dimengerti oleh mereka.
Jawaban harus membuat mereka berpikir, hingga mungkin mampu memilah mana yang baik dan harus ditiru, dan mana contoh yang tak baik dan harus ditinggalkan.
Contohnya adalah dongeng klasik tentang kancil mencuri ketimun di kebun pak tani. Dongeng ini memiliki dua sisi, positif dan negatif. Kancil memang begitu cerdik dan pintar, tetapi di sisi lain, kecerdikan dan kepintarannya hanya digunakan untuk menipu orang lain. Hal itulah yang perlu dijelaskan detail setelah dongeng disampaikan.
Jika dongeng hanya diceritakan tanpa ada pembahasan, bisa jadi si kecil justru mengartikan lain. Misalnya dengan memaknai bahwa kita juga harus cerdik menipu kawan. Nah itu kan berbahaya.
Ada juga dongeng rakyat tentang Sangkuriang. Secara eksplisit, legenda itu mengisahkan bahwa ibu kandung Sangkuriang, gara-gara bersumpah akan menjadi istri laki-laki yang mengambil peralatan tenun yang jatuh, terpaksa menikah dengan seekor anjing.
Hal ini diperparah oleh kisah bahwa setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri, Sangkuriang sempat jatuh cinta kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri.
Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi yang membangunkan ayam jago agar berkokok sebelum fajar benar-benar tiba, demi mengecoh Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi yakni merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam.
Cerita rakyat tentang Sangkuriang itu harus dijelaskan dengan detail oleh orang tua yang menceritakannya. Kita tentu tak boleh ceroboh sekadar bercerita tanpa memberikan penjelasan apa pun kepada anak.
Mempererat ikatan batin
Meski demikian, sebenarnya aktivitas mendongeng tak hanya mendatangkan manfaat bagi anak-anak, tetapi juga bagi orang tua. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak.
Selain itu, membiasakan mendongeng juga bisa mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu penting, mengingat interaksi langsung antara orangtua dengan balita saat mendongeng, sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.
Dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng, jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, kritis, dan cerdas.
Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar, di samping memudahkan mereka menilai dan memosisikan diri di tengah orang lain.
Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat menjadi kuper (kurang pergaulan), sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Para pakar menyatakan, ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng:
Pertama, mengasah daya pikir dan imajinasi anak. Sesuatu yang bisa didapat dari dongeng belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
Kedua, menumbuhkan empati. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, dan kerja keras. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut.
Ketiga, menumbuhkan minat baca. Dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.
Jangan Sepelekan Kekuatan Dongeng
Salam, Jumat, 18 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
Posting Komentar
Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih