“Biar Anak Tahu Agama”

Keinginannya tampak sangat sederhana. Namun di balik itu tersembul niat mulia; membentuk generasi yang santun, berpegang teguh pada nilai-nilai kebaikan, dan mampu berdikari. Semangat itulah yang melatari Drs. Imam Suyuthi hingga “tega” melepas keenam anaknya (dua putra dan empat putri) ke pesantren, sebagian bahkan sejak masih usia Taman Kanak-kanak (TK).


Al Madinah bertandang ke kediaman alumnus Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta ini pada 10/06/2009. Perbincangan mengalir seputar kepercayaannya yang begitu besar terhadap pesantren, sehingga semua buah hatinya ia pasrahkan pendidikan menengahnya di lingkup pesantren.

Pemikiran lelaki enam puluh dua tahun itu, bagi sebagian orang mungkin tampak kuno. Tetapi pandangan-pandangannya berpijak dari pahit manis kehidupan. Dan kerapkali sesuatu yang dianggap kuno melahirkan kearifan.

Berikut petikan obrolan dengan anggota Dewan Pengawas Yayasan Al Madinah tersebut:

Apa alasan Anda memondokkan semua buah hati ke pesantren?

Untuk membangun fondasi mental yang agamis. Dan alhamdulillah hasilnya sesuai harapan. Ya beda dengan anak-anak yang nggak pernah di pondok. Anak-anak jadi lebih bermoral, setidaknya itu.

Dalam pemikiran saya, mempelajari ilmu agama itu wajib. Apalagi kalau wanita. Jika tidak paham persoalan sesuci seperti haid, dan sebagainya, kan repot nanti saat berumah tangga. Ya kalau suaminya santri sehingga bisa mengajari, kalau tidak kan susah.

Pada usia berapa anak-anak dikirim ke pondok?

Anak pertama hingga ketiga sudah saya pondokkan di pesantren anak-anak di Sedayu Gresik sejak umur 4 tahun. Tapi setelah menginjak SD kembali ke rumah, karena memang pesantrennya mematok aturan, kalau sudah SD harus keluar. Sedangkan anak keempat hingga terakhir baru mondok setelah lulus SD.

Tetapi kalau keadaan nggak memungkinkan ya kita tarik. Biasanya secara fisik, seperti Firda (putri bungsunya: Red) dulu waktu mondok di Malang sering sakit, ya saya tarik.

Kok “tega” melepas anak ke pondok pada usia sedini itu?

Karena pada usia dini penerimaan anak terhadap ilmu agama lebih mudah. Setelah mendalami pengetahuan agama, ilmu umum bisa ditempuh secara otodidak. Karena pengetahuan agama jika tidak melalui kyai, apa bisa? Mengaji kitab itu kan ada sanad (rantai guru)-nya. Setelah lulus Madrasah Aliyah di pondok, anak-anak saya bebaskan hendak meneruskan ke mana. Tergantung minat dan hobinya.

Memang awalnya sering muncul perasaan iba. Tapi jika dihitung-hitung, anak keluar rumah paling lama 15 tahun. Setelah itu berkumpul lagi selama puluhan tahun bahkan sampai mati.

Bagaimana menjaga kedekatan hubungan dengan anak-anak selama di pondok?

Walaupun di pondok anak-anak tetap kami pantau. Berapa minggu sekali saya jenguk, atau kalau tidak, ya melalui telepon. Kalau nggak dipondokkan, di rumah terus malah jenuh. Justru ketika menyambangi, pulang liburan, kedekatan kami dengan anak justru tumbuh. Dan Alhamdulillah sampai saat ini ini hubungan tetap harmonis. Dulu istri sempat khawatir, “nanti kalau lama berpisah, jangan-jangan suka di luar, nggak mau pulang.” Tapi nyatanya tidak.

******

Dalam pandangan Imam, Kehidupan pesantren menanamkan kemandirian. Anak jadi lebih berani menghadapi kenyataan hidup. Ia melihat, anak-anak zaman sekarang kurang berani rekoso, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar. Karena itu pesantren bisa menjadi solusi

(Syafiq)

Comments :

0 komentar to ““Biar Anak Tahu Agama””

Posting Komentar

Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih

 

koleksi

koleksi

Redaksi

Ketua Pengarah: M. Arif Junaidi. Penanggungjawab: Syarif Thayib (Ketua Yayasan Al Madinah).
­Redaktur Ahli: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj., Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, Masuki M. Astro, Siti Raudlatul Jannah, S.Ag . Pemimpin Umum: Izzuddin Al Anshary. Pemimpin Redaksi: M. Syafiq Syeirozi. Redaktur Pelaksana: A. Suud Fuadi. Dewan Redaksi: Helmi Jauhari, A. Fathul Hudi. Distributor: Syafi’uddin. Kontributor Edisi ini: Aura Azzahra. Desain/Layout: Abd. Rokhman
Alamat Redaksi: Grha Aitam, Jl. Bratang Binangun IX/25-27 Surabaya. Telepon/Faksimile: (031) 5019424 / 5022212. ­E-Mail: redaksimadinah@yahoo.com. Web Blog: majalah-madinah.blogspot.com