Satu Rumah Tiga Yatim Potret Keluarga Nisma

Rumahnya ada di pinggiran utara kota Surabaya, tepatnya di Jalan Mrutu Kalianya 142 Semampir Surabaya. Semampir adalah kecamatan dengan jumlah penduduk miskin terbanyak di ibu kota Jawa timur itu.

Di rumah yang sudah ditinggali sejak tahun 1982 itu, tinggal lima jiwa yaitu Nisma (46 tahun), tiga orang anaknya, dan satu cucu. Perempuan asli Bangkalan Madura itu ditinggalkan suaminya, Saladin, pada tahun 2006. Padahal kala itu tiga anaknya masih duduk di bangku sekolah dasar.

“Anak saya semuanya sepuluh, tapi yang empat meninggal. Anak pertama hingga ketiga tinggal di Madura bersama bibi saya. Berat kalau saya tanggung semuanya. Satu masih SMA. Dan yang dua sudah berkeluarga,” tutur Nisma yang sudah menginjakkan kaki di Surabaya sejak usia lima tahun.

Untuk menafkahi anak dan cucunya, Nisma berjualan krupuk yang ia bikin sendiri di rumahnya. “Kalau pas laku ya bisa tiap hari produksi, kalau sisa terkadang bisa sampai setengah bulan,” sahut Nisma.

Kendati demikian ia cukup bernafas lega lantaran biaya pendidikan tiga anaknya di bangku SD dan SMP sudah ditanggung oleh Yayasan Al Madinah. “Cuma terkadang anak-anak masih harus beli buku, karena mereka lupa tidak mencatatkan keperluan itu kepada bagian Tata Usaha,” imbuhnya.

Gali lubang tutup lubang, itulah cara Nisma menyiasati kondisi ekonomi keluarga. Saat krupuknya tidak laku, sementara kebutuhan harian anaknya harus tercukupi maka ia berhutang ke tetangganya. Namun ketika ada rezeki, ia pasti melunasinya.

Ia tidak pernah menyerah walaupun harus menafkahi tiga anak yatim. “Ya pasrah lah, kan hidup ini ditanggung sama Yang Kuasa. Meski berputar ke sana sini ya harus tetap dilakoni,” tandas perempuan yang hanya sempat mengenyam bangku pendidikan hingga kelas 5 SD itu.

Ia bersyukur karena para tetangga sangat peduli akan kondisi keluarganya. Ia mendapatkan hibah beras dari penduduk yang dikumpulkan oleh pengurus masjid, meski rentang waktunya tidak pasti.

Nisma tidak memiliki kartu keluarga miskin (Gakin) karena tidak sempat mengurusnya di kelurahan. Karena itu pula ia tidak menerima jatah beras miskin (Raskin) dan juga Jamkesmas (jaminan kesehatan masyarakat). “Jadi kalau mau berobat repot. Padahal saya mengidap penyakit paru-paru. Alhamdulillah sekarang membaik setelah meminum jamu-jamuan,” terang Nisma yang menikah saat umur empat belas tahun. Ia beruntung masih menerima bantuan langsung tunai (BLT), meski kita tahu jumlahnya tak seberapa.

Di tengah gemerlapnya kota metropolitan Surabaya, Nisma hanyalah salah satu. Di sudut-sudut lain masih banyak yang lebih parah kondisinya dari Nisma.

(Suud & Syafiq)

Comments :

0 komentar to “Satu Rumah Tiga Yatim Potret Keluarga Nisma”

Posting Komentar

Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih

 

koleksi

koleksi

Redaksi

Ketua Pengarah: M. Arif Junaidi. Penanggungjawab: Syarif Thayib (Ketua Yayasan Al Madinah).
­Redaktur Ahli: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj., Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, Masuki M. Astro, Siti Raudlatul Jannah, S.Ag . Pemimpin Umum: Izzuddin Al Anshary. Pemimpin Redaksi: M. Syafiq Syeirozi. Redaktur Pelaksana: A. Suud Fuadi. Dewan Redaksi: Helmi Jauhari, A. Fathul Hudi. Distributor: Syafi’uddin. Kontributor Edisi ini: Aura Azzahra. Desain/Layout: Abd. Rokhman
Alamat Redaksi: Grha Aitam, Jl. Bratang Binangun IX/25-27 Surabaya. Telepon/Faksimile: (031) 5019424 / 5022212. ­E-Mail: redaksimadinah@yahoo.com. Web Blog: majalah-madinah.blogspot.com