Usia 9 Tahun Sudah Yatim Piatu
Ia lahir di sebuah desa yang tak akan pernah ditemukan dalam peta karena keterpencilannya. Saat usia enam tahun, ayahnya, Manail Darius Manullang, meninggal dunia. Dua tahun kemudian, giliran sang ibu yang menghadap kehadirat Tuhan. Namun kini, profesor yatim-piatu kelahiran itu menjelma menjadi ekonom ternama dan top eksekutif keuangan berskala dunia. Apa rahasianya?
12 September 1941, Desa Dairibagasan, Negeri Narumonda, Kecamatan Porsea, Tapanuli Utara (sekarang Toba Nauli), sekitar 223 kilometer arah selatan Kota Medan, Sumatera Utara dikejutkan oleh kelahiran bayi mungil dari rahim Manonga Renia Boru Marpaung dalam keadaan terbungkus oleh plasenta, tampak seperti dalam karung plastik.
Untung dukun beranak yang menolong ibunya segera menyobek plasenta tersebut, memotong ari-arinya, dan menepuk-nepuk, hingga si bayi menangis. Kedua orang tuanya merasa lega. Si bayi yang kemudian diberi nama Timbul rupanya masih bernafas. Berselang beberapa waktu, Timbul kecil diberi nama Laurence Adolf.
Namun belas kasih dari orangtuanya hanya sempat dinikmati peraih Doktor Ekonomi-Minat Jalur Utama-Manajemen Akuntansi, Universitas Persada Indonesia/YAI ini, hingga usia sembila tahun. Sejak tahun 1949 Laurence dan adiknya yang baru berusia tiga tahun diasuh oleh sang nenek, Martalena boru Marpaung.
Syukur, musibah berat yang menimpanya tak menghalanginya menimba ilmu. Selama di duduk di bangku Sekolah Rakyat (SR), Laurence tak pernah tinggal kelas. Demikian pula saat melanjutkan pendidikan di SMP Negeri Narumonda, sekolah favorit di Tapanuli Utara, bahkan di Sumatera Utara pada waktu itu. Semangat hidupnya tetap menyala berkat pengasuhan neneknya yang penuh kasih.
Kecerdasannya saat di SMP Narumonda terbaca oleh Pendeta Haas yang berkebangsaan Amerika Serikat. Pendeta ini menawarkannya untuk sekolah di SMA Advent di Pematang Siantar, sebuah sekolah berasrama. Di sekolah itu ia dilatih kepemimpinan dan pidato bahasa Inggris.
Tiga tahun setelah penempaan di asrama, pria yang lulus SMA dengan predikat honorable mention (sangat memuaskan) ini meluncur ke Bandung untuk memasuki kampus Perguruan Tinggi Advent (dulu bernama Indonesia Union College) Bandung.
Laurence muda menyenangi pelajaran angka-angka. Karena itu ia memilih jalaur minat akuntansi. Padahal di kampus itu, mata kuliah accounting disamakan dengan standar Amerika. Setiap tingkat harus mengikuti ujian yang disebut project set yang untuk menyelesaikannya dibutuhkan waktu minimal tiga hari. Namun nyatanya Laurence selalu sukses menempuh ujian itu.
Kendati sibuk dengan aktivitas akademisnya, bakat kepemimpinan Laurence tetap muncul, terbukti dengan keterpilihannya sebagai Ketua Dewan Mahasiswa. Pada saat kepemimpinannya, Laurence lebih mengembangkan hubungan antar perguruan tinggi di Indonesia, mengubah kultur Perguruan Tinggi Advent yang selama bertahun-tahun selalu berkiblat ke Amerika.
Berita mengenai kepemimpinan dan prestasi akademik Laurence tersebar ke beberapa perusahaan seperti Caltex dan Stanvac. Utusan perusahaan itu mendatangi kampus untuk merekrut calon lulusannya bergabung setelah wisuda. Laurence adalah mahasiswa pertama yang mendapat tawaran bergabung dari perusahaan itu walaupun wisuda baru akan dilaksanakan 5 bulan lagi.
Petualang Profesional yang Hobi “Sekolah”
Pertama kali bekerja sebagai Chief Accountant di Indonesian Union Corporation Inc. di Bandung. Satu tahun kemudian, suami dari Beffie Lanny Batubara ini dipromosikan menjadi Internal Auditor hingga tahun 1966. Pada tahun 1967 Laurence mendapat kesempatan menjadi Secretary/Treasurer berkedudukan di Medan, kantor cabang Indonesian Union Corporation Sumatera Utara.
Kesempatan “pulang kampung” dimanfaatkannya memperdalam ilmu pengetahuan. Pada tahun 1968 dia mendaftarkan diri mengikuti kuliah di dua kampus sekaligus, yakni di Fakultas Keguruan dan Ilmu Sosial (FKIS) IKIP Medan, serta di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Sumatera Utara (USU), Medan.
Lulus dari IKIP Medan tahun 1970, Laurence mengundurkan diri dari Indonesian Union Corporation Cabang Sumatera Utara. Demikian pula, dia tidak melanjutkan studi akuntansi di USU Medan yang sudah memberinya gelar setingkat sarjana muda akuntansi. Dia bersama keluarga hijrah ke Jakarta.
Sejak di Jakarta, petualangan profesional Laurence dimulai. Namun di mana pun bekerja ia tetap fokus di bidang accounting. Pada pertengahan tahun 1972, Laurence masuk ke PT Richardson-Merrell Indonesia, sebuah perusahaan multinasional yang sekarang bernama Proctor & Gamble Indonesia (P&G). Setelah berkarir sebagai Accounting Manager. Ia diangkat sebagai Direktur Keuangan.
Delapan tahun kemudian, Laurence pindah kerja Widjojo Group, hingga pada tahun 1985-1989 di diangkat sebagai President Director pada PT Artha Borindo Persada.
Kendati terus berpetualang dari satu perusahaan ke perusahaan lain, Laurence terus belajar, baik dari self study, workshop dan seminar. Setelah kenyang akan pengalaman kerja dan belajar, Laurence terdorong untuk mencari legitimasi akademis. Berbeda dengan di Indonesia, di luar negeri pengalaman kerja dan partisipasi dalam kongres dan seminar, dapat diajukan untuk diakui sebagai ilmu dan diberi gelar akademis.
Karena itu Laurence rajin menghubungi berbagai universitas baik negeri maupun swasta di Amerika Serikat. Tujuannya untuk menguji apakah pengetahuan yang dimilikinya dapat diakui secara akademis.
Saat menghubungi Pittsburg State University, perguruan tinggi di negara bagian Kansas Amerika Serikat, ia ditawari untuk melakukan ujian dan diakui sederajat dengan tingkat doktoral. Namun ia juga diwajibkan menyusun 2 tulisan hasil penelitian yang disebut doctor project. Dari situlah, Laurence berhak menyandang gelar doktor bidang akunting.
Namun ketika dibawa ke Indonesia, ijazah dan gelar demikian tidak diakui dan tidak dilegalisasi oleh Ditjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Departemen Pendidikan Nasional. Karena itulah Laurence membulatkan tekad untuk memperoleh pengakuan akademis dari perguruan tinggi resmi di dalam negeri.
Di tengah kesibukannya yang amat padat, pada tahun 1993 ia melanjutkan kuliah di Pascasarjana STIE IBEK (Institut Bisnis Ekonomi dan Keuangan), kampus yang ia dirikan bersama koleganya, dan meraih gelar Magister Manajemen (MM) konsentrasi Manajemen Keuangan.
Gelar Doktor Ekonomi minat jalur utama Manajemen Akuntansi berhasil diraih dari Universitas Persada Indonesia (UPI) YAI Jakarta, dalam sebuah sidang terbuka pada 12 Mei 2004 dengan judicium sangat memuaskan.
Disertasi tingkat doktoralnya merupakan penelitian event studies terlengkap yang pernah dilakukan oleh para peneliti di Indonesia/dunia dengan jumlah 390 halaman untuk materi, ditambah 1394 halaman lampiran.. Ia meneliti pengaruh 51 kejadian sosial, politik, dan ekonomi di dalam dan luar negeri terhadap fluktuasi harga saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ) sepanjang tujuh tahun 1996-2003. Karyanya menuai pujian dari kalangan ekonom.
Ya, seorang yatim piatu sekalipun jika diasuh dengan cinta kasih, dan dibukakan peluang untuk mengembangkan potensinya, niscaya akan menjelma menjadi profesional unggul.
(Diolah oleh Suud Fuadi dari www.tokohindonesia.com)
Yang sering melecehkan mahasiswinya