MALAIKAT KECIL DI RUMAH

Di suatu malam saya tengah melakukan shalat dan merenungi berbagai kejadian yang telah lalu. Mulai dari kenangan tidak mengenakkan sampai yang indah-indah. Hal seperti ini adalah kebiasaan saya melakukan tafakkur dan menutup perenungan dengan sebuah hikmah. Maka malam ini, saya pun melakukannya. Terlintas dalam pikiran saya peristiwa beberapa tahun silam. Suatu ketika saya mengalami musibah cukup berat. Saat itu saya sungguh kalut. Setiap malam selalu dihantui dengan mimpi-mimpi buruk. Bangun pagi hari yang seharusnya lega karena keluar dari mimpi buruk, saya malah merasa menyesal, “Tuhan, kenapa saya masih hidup pagi ini?”

Dengan susah payah, saya mencoba untuk segera keluar dari permasalahan ini. Begitu banyak jalan keluar yang terbentang di hadapan saya, tinggal memilih yang mana. Akhirnya saya memilih untuk melakoni jalan yang begitu mudah –tampaknya— untuk dilakukan dan sepertinya menyenangkan. Saya pun mulai melakukan aktivitas “pelarian” agar saya dapat segera keluar dari mimpi-mimpi buruk tersebut dengan bergabung bersama teman-teman yang bisa menghibur dan membuat saya senang saat itu.

Lama kelamaan, begitu asyiknya secara tidak sadar saya terseret untuk berada di dunia semu, dunia yang membawa saya senang hanya pada saat berada di dalamnya namun gelisah ketika sudah tidak berada di dalamnya. Semakin lama seolah saya kian sulit untuk keluar darinya. Sungguh aneh sebenarnya kehidupan saya kala itu. Saya selalu mengharap sebuah keajaiban terjadi. Namun apakah bisa dikabulkan doa seseorang yang menjalani kehidupannya dengan sia-sia setiap pagi hingga petang, lalu di setiap pengujung malam ia berdo’a, “Ya Allah, beri aku kekuatan yang bisa membuatku kembali ke jalan-Mu”.

Namun itulah Allah, yang Maha Rahman dan Rahim. Sebenarnya Ia telah memilih untuk mengirimkan malaikat kecil di hadapan saya, yang selama ini selalu tampak dan tidak pernah saya pedulikan keberadaannya. Eksistensi yang sebenarnya bisa membuat saya kuat dan kembali ke jalan-Nya.

Seiring waktu berjalan, malaikat kecil yang berwujud bayi mungil ini tumbuh besar hingga sanggup mengemukakan hal yang tersirat di hatinya melalui kata dan perbuatan. Seringkali saya merasa, ia “menegur” saya dengan kata-kata manis yang meluncur begitu saja lewat bibir mungilnya, sambil meloncat-loncat di atas kasur dan tertawa riang tanpa beban. Ia bertanya tentang keberadaan Allah, ia pun memberitahu kepada saya tentang surga dan neraka, ia mengekspresikan kedekatannya pada Sang Pencipta lewat gerakan shalat yang lucu sebagai teguran bagi saya untuk segera bersujud memohon ampunan-Nya.

Saya pun sering menangis dibuatnya. Setiap kali saya melangkah keluar untuk menghibur diri, terlintas wajahnya yang membuat saya merasa bersalah. Ya, seharusnya seorang ibu memberikan teladan yang baik untuk anak bagaimana ketika menghadapi masalah. Menunjukkan pada anaknya untuk bersikap tegar dan positif agar kelak sang anak memiliki jiwa yang kuat dan mampu menghadapi masalah. Seorang ibu mesti menyediakan waktu untuk memerhatikan anaknya dengan penuh cinta bila ia tidak ingin anaknya kelak mengalami krisis kasih sayang dan mencari pelarian yang menghancurkan hidupnya. Bukannya malah mencari kesibukan dan pelarian untuk dirinya sendiri.

Bayangan-bayangan itu membuat saya akhirnya memutuskan untuk tidak berlarut-larut dalam masalah, tidak melarikan diri, tetapi menghadapi. Hingga akhirnya kini, masalahnya terpecahkan, mimpi-mimpi buruk telah pergi, dan saya semakin merasa dekat dengan Allah, lewat keberadaan malaikat kecil ini.

Pertanyaan saya pada Anda, apakah Anda juga pernah merasa seperti saya? Di mana anak-anak di rumah menegur anda dengan tangisan mereka karena rindu ditinggal pergi bekerja dari pagi hingga petang? Pertanyaan-pertanyaan mereka tentang perbuatan baik dan buruk, surga dan neraka, membisikkan perasaan bersalah ketika kita memberikan contoh perbuatan negatif yang tidak mereka ketahui di luar sana? Merekalah malaikat kecil yang selalu menjaga kita dan memberikan kita peringatan. Maka rawatlah malaikat kecil yang ada di rumah kita dengan cinta dan kasih sayang serta suri tauladan lewat semua perkataan dan perbuatan kita yang selalu diamatinya sebagai bekal bagi mereka dan kita kelak saat Allah memanggil kita kembali.

“Ya Allah, aku sangat bersyukur Kau karuniai seorang anak yang luar biasa, yang begitu banyak aku belajar kehidupan dan kebaikan darinya. Ia bagaikan malaikat kecil yang Kau turunkan padaku, menjagaku untuk selalu tetap berada di jalan kebaikan yang mengarah kepada-Mu.

Oleh karenanya ya Allah, beri aku kesempatan untuk melakukan banyak hal sebagai rasa terima kasihku pada-Mu juga kepadanya. Izinkanlah aku untuk merawatnya, memberi tauladan dan kasih sayang yang melimpah, agar cukup baginya saat dewasa kelak ia menjadi seorang manusia yang bijaksana dan memiliki cinta yang melimpah, yang mampu membawanya menjadi seorang yang shalih dan bisa memberi manfaat bagi kehidupan banyak orang. Agar ketika aku telah tiada kelak, bekal yang aku ajarkan padanya itu dapat menyelamatkan aku dari panggangan api neraka-Mu....”








izzah dan hanun (putra-putri penulis)

Comments :

0 komentar to “MALAIKAT KECIL DI RUMAH”

Posting Komentar

Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih

 

koleksi

koleksi

Redaksi

Ketua Pengarah: M. Arif Junaidi. Penanggungjawab: Syarif Thayib (Ketua Yayasan Al Madinah).
­Redaktur Ahli: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj., Ahmad Faiz Zainuddin, S.Psi, Masuki M. Astro, Siti Raudlatul Jannah, S.Ag . Pemimpin Umum: Izzuddin Al Anshary. Pemimpin Redaksi: M. Syafiq Syeirozi. Redaktur Pelaksana: A. Suud Fuadi. Dewan Redaksi: Helmi Jauhari, A. Fathul Hudi. Distributor: Syafi’uddin. Kontributor Edisi ini: Aura Azzahra. Desain/Layout: Abd. Rokhman
Alamat Redaksi: Grha Aitam, Jl. Bratang Binangun IX/25-27 Surabaya. Telepon/Faksimile: (031) 5019424 / 5022212. ­E-Mail: redaksimadinah@yahoo.com. Web Blog: majalah-madinah.blogspot.com