Oleh: dr. Muhammad Thohir, Sp.Kj.
(Penasehat Yayasan Al Madinah)
Segala sesuatu ketika berlebihan akan memicu hal negatif. Ini adalah prinsip kuno yang tak pernah lekang ditelan waktu. Apa pun jika sudah melampaui proporsinya, tunggulah saat kehancurannya. Termasuk dalam hal ini ialah kesetaraan gender yang kebablasan.
Saya mendapati sebuah kasus unik. Lantaran karir istri yang terlalu jauh menyalip suaminya, efeknya dahsyat. Dalam usia yang masih terbilang cukup muda yakni empat puluh enam tahun, sang suami menjadi pelupa akut. Kesalahan fatal pun diperbuatnya. File disertasi sang istri yang hampir mencapai tujuh puluh persen, dihilangkannya saat mengotak-atik komputer. Gelar Doktoral yang tinggal beberapa langkah lagi teraih oleh istri, pupus sudah. Pasalnya, sangat susah untuk melakukan riset kembali. Sang istri sangat marah atas tindakan suami. Perasaan cintanya pun kian menipis.
Barangkali kasus ini tidak serta merta dituding akibat karir istri yang melesat jauh meninggalkan suami. Pasalnya, secara medis sebagian manusia pada usia-usia lima puluh lima tahun ke atas akan mengalami gejala demensia (kemunduran mental secara umum). Gejala yang paling menyolok adalah mudah lupa akan peristiwa-peristiwa baru, namun cerita-cerita lama masih diingat. Hal ini dimungkinkan akibat sel-sel otaknya susah menyimpan hal baru.
Atau bisa juga sebelum mencapi usia itu lantaran penyakit yang menderanya. Benturan kepala yang memicu trauma, gangguan sirkulasi darah dalam otak karena pelbagai sebab yang merusak fungsi otak sehingga jadi mudah lupa, atau sebab tumor atau kanker otak. Untuk memastikannya, si penderita harus diperiksa secara medis maupun psikis.
Namun melihat sang istri sebagai wanita super-sibuk karena pekerjaannya sebagai dosen, peneliti, trainer motivasi, dan sedang menempuh program doktoral, sangat njomplang dengan profesi suami sebagai karyawan biasa di perusahaan swasta dan hanya lulus sarjana. Kondisi yang seringkali membuat pria mennyandang beban mental dan rentan memicu stres. Stres berat inilah yang rawan memantik penyakit psikomatis, salah satunya demensia akut itu.
Menghilangkan file disertasi bisa jadi adalah “kesalahan tak terampuni”. Dan siapa pun bisa memaklumi kemarahan istri. Namun mestinya istri harus sadar bahwa kejadian ini tidak serta merta terjadi. Pelatuknya kemungkinan akibat suami susah menemukan jatidirinya. Ia tidak mengalami aktualisasi diri yang optimal. Ia kalah dari istrinya dalam bermacam hal; intelektualitas, pekerjaan, keturunan, dan sebagainya. Efeknya, sang suami stres berat dan menjadi pelupa.
Menurut hemat saya, ini merupakan konsekuesi dari fenomena perempuan yang terlalu maju atau kemajon, kata orang Jawa. Banyak kasus, fakta ini lantas mengubah sikap istri menjadi lebih dominan, sehingga membuat suami kian minder untuk bergaul dengan rekan sejawat istri. Terganggulah harmoni rumah tangga karena ketimpangan. Bisa jadi kasus pelupa akut dipicu oleh kenyataan ini.
Sikap Istri Seharusnya
Sebagai perempuan dengan kecerdasan mumpuni, seharusnya sang istri bisa bersikap secara bijak. Toh semua itu tidak berlangsung secara instan. Mestinya daya adaptasinya berjalan baik. Bukankah salah satu tanda jiwa yang sehat adalah sanggup menerima kenyataan sepahit apa pun. Cuma mungkin ia menyimpan kekecewaan atas suami yang menurutnya “lebih rendah”, lantas meledak karena peristiwa itu.
Karena itu tatanan rumah tangga yang ideal adalah seperti yang diajarkan Qs. Al Nisa’: 34 bahwa “Lelaki adalah pemimpin bagi perempuan dengan segala kelebihan yang dikaruniakan Allah kepadanya.” Namun ayat ini meniscayakan laki-laki untuk menata diri agar tetap bisa memimpin istrinya. Ia harus berusaha sedemikian rupa untuk belajar dan bekerja mewujudkan kepemimpinan yang baik. Karena posisi imam bukan sekadar hak namun kewajiban.
Melihat karier wanita yang melesat jauh di depan suami, menurut saya, sebetulnya istri sudah melampaui kewajibannya. Ini bagian dari kesetaraan gender yang melewati proporsionalitas. Dalam kondisi demikian istri diharapkan lebih intensif mendalami dan menghayati ajaran Islam. Bagaimana pun Islam mengajarkan suami sebagai pemimpin yang harus dihormati dan istri harus dilindungi. Di situlah prinsip kesetaraan rumah tangga berjalan
Islam mengajarkan kita untuk memaafkan kesalahan orang lain. Apabila orang lain saja bisa dimaafkan apalagi dengan suami yang sudah ia cintai bertahun-tahun.
Lelaki Adalah Pemimpin Keluarga
Salam, Senin, 22 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Comments :
Posting Komentar
Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih