Ia masih terlihat segar meski harus dibantu tongkat untuk sekadar berjalan kaki. Tak tampak rona lelah di wajahnya kendati harus naik turun tangga ruang Amerta, Hotel Singgasana, Surabaya. Dengan balutan seragam veteran perang Tentara Nasional Indonesia (TNI) plus beberapa tanda penghargaan yang melekat, ia tampak gagah kendati tubuhnya sudah kurus. Ia adalah Kadar Soedarso, Ketua Badang Pengurus Harian Korps Cacat Veteran Daerah Jawa Timur.
Sekilas menatapnya, siapa pun mungkin tidak menyangka jika dalam tubuhnya masih bersarang peluru. Timah panas itu menembus paha kanan Kadar saat bertempur gerilya melawan tentara Belanda di pegunungan Pacet Mojokerto demi memertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Musibah tersebut menderanya pada tahun 1948. Seiring berjalannya waktu, peluru yang tidak bisa dikeluarkan dari tubuhnya terus bergerak hingga kini berada di bagian kanan punggungnya.
Menariknya, Kadar tak menyerah dengan kondisinya itu. Hal itu terlihat saat kakek tujuh cucu itu masih cukup antusias mengikuti SEFT Training for Total Solution Angkatan ke-45 di Hotel Singgasana Surabaya, pada 6-8 Maret 2009. Bersama rekannya, Abdul Madjid, sesama veteran perang, Kadar mengikuti hampir seluruh rangkaian Training SEFT sejak hari pertama yaitu pelatihan Luck Factor hingga penutupan pada Minggu malam.
Al Madinah menemui Kadar pada Jumat 06/03/2009 kala sesi break makan siang. Lelaki kelahiran Sidoarjo 85 tahun silam itu masih sangat lancar memerikan pengalamannya sebagai pejuang. Ia mengawali kiprahnya di dunia militer sebagai tentara Heiho yang didik oleh Jepang, dan lantas direkrut menjadi anggota TNI saat negara ini berdiri.
Motivasi utama yang diusung Kadar mengikuti SEFT Training ini ialah niat menolong sesama selain keinginan menambah pengetahuan. “Saya ini sudah tua, sisa akhir hayat untuk apa kalau tidak dicurahkan untuk mengabdi pada masyarakat,” tutur pembina sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Perjuangan Surabaya itu. Kadar masih ingat betul petuah bijak Bung Karno ketika ia bersama beberapa veteran perang lainnya diundang ke istana negara, “Darah dan tulangmu berceran membasahi bumi pertiwi. Kalian boleh cacat jasmani tetapi tidak cacat akhlaq. Kalian harus tetap berjuang hingga hayat di kandung badan,” demikian kisah purnawirawan yang terakhir berpangkat Letnan Dua (Letda) itu.
Pascapelatihan SEFT, Kadar berniat mengamalkan teknik terapi SEFT untuk membantu masyarakat yang mengalami problem fisik maupun psikis. Menilik Kadar, gairah perjuangan terasa bangkit kembali.
(Syafiq)
Menariknya, Kadar tak menyerah dengan kondisinya itu. Hal itu terlihat saat kakek tujuh cucu itu masih cukup antusias mengikuti SEFT Training for Total Solution Angkatan ke-45 di Hotel Singgasana Surabaya, pada 6-8 Maret 2009. Bersama rekannya, Abdul Madjid, sesama veteran perang, Kadar mengikuti hampir seluruh rangkaian Training SEFT sejak hari pertama yaitu pelatihan Luck Factor hingga penutupan pada Minggu malam.
Al Madinah menemui Kadar pada Jumat 06/03/2009 kala sesi break makan siang. Lelaki kelahiran Sidoarjo 85 tahun silam itu masih sangat lancar memerikan pengalamannya sebagai pejuang. Ia mengawali kiprahnya di dunia militer sebagai tentara Heiho yang didik oleh Jepang, dan lantas direkrut menjadi anggota TNI saat negara ini berdiri.
Motivasi utama yang diusung Kadar mengikuti SEFT Training ini ialah niat menolong sesama selain keinginan menambah pengetahuan. “Saya ini sudah tua, sisa akhir hayat untuk apa kalau tidak dicurahkan untuk mengabdi pada masyarakat,” tutur pembina sekolah Taman Kanak-kanak (TK) Perjuangan Surabaya itu. Kadar masih ingat betul petuah bijak Bung Karno ketika ia bersama beberapa veteran perang lainnya diundang ke istana negara, “Darah dan tulangmu berceran membasahi bumi pertiwi. Kalian boleh cacat jasmani tetapi tidak cacat akhlaq. Kalian harus tetap berjuang hingga hayat di kandung badan,” demikian kisah purnawirawan yang terakhir berpangkat Letnan Dua (Letda) itu.
Pascapelatihan SEFT, Kadar berniat mengamalkan teknik terapi SEFT untuk membantu masyarakat yang mengalami problem fisik maupun psikis. Menilik Kadar, gairah perjuangan terasa bangkit kembali.
(Syafiq)
Comments :
Posting Komentar
Saran, kritik dan komentar anda akan sangat membantu kami dalam mengembangkan web blog ini. Terimakasih