Hj. Siti Rahayu Mudzakir, itulah nama lengkap pengasuh Yayasan Bani Ya’qub, lembaga yang mengelola panti asuhan dan sekolah formal di Menanggal IV/Moris No. 7 Surabaya. Panti Bani Ya’qub adalah salah satu rumah asuh tertua di Surabaya. Selasa 01/04/2009, Al Madinah bertandang ke kediaman keluarga KH. Mudzakir yang nyaris menyatu padu dengan gedung panti asuhan dan sekolah. Untuk kebutuhan istirahat keluarganya, hanya tersisa ruang yang tidak cukup luas.
Saya datang bersama Suud Fuadi tepat ketika adzan isya’ berkumandang. Disambut ramah oleh Ibu Rahayu. Agar perbincangan lebih enjoy, saya memersilakan perempuan asli Jombang itu untuk memimpin jamaah shalat. Selepas itu obrolan mengalir tentang suka duka Ibu Rahayu bersama keluarganya dalam mengelola panti asuhan untuk anak yatim, fakir miskin, dan terlantar. Berikut petikan obrolan bersama ibu tiga anak yang masing-masing berprofesi sebagai dokter radiologi, kepala sekolah SMA, dan ustadzah tersebut:
Bagaimana awalnya, ibu merintis Yayasan Bani Ya’qub?
Saya dulu siswa Sekolah Keperawatan di rumah sakit Katolik Surabaya, lulus tahun 1967. Setelah itu bekerja di Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dan setelah menikah membeli tanah di sini (Menanggal: red.). Ya awalnya pada tahun 1975 ada 5 anak yatim yang kami asuh. Setelah itu berkembang terus hingga bisa membangun gedung ini. Sekarang santrinya ada 128 anak yang dikategorikan dalam 3 kelompok; keluarga tidak mampu, yatim dan yatim piatu, dan broken home. Selain itu ada juga tujuh mahasiswa.
Seperti apa pola asuh anak yang berlaku di Bani Ya’qub?
Anak-anak dibuat mandiri, masing-masing punya kakak asuh dan adik asuh.
Pembiayaannya dari mana?
Dari donatur dan unit usaha bengkel.
Pola penggalangan dananya?
Tidak pernah menggalang dana, ndilalah saja ada yang ngasih. Semisal kalau tukang masak pas sedang sakit, eh ada saja orang yang mengirimi makanan. Padahal setiap hari harus memasak 26 kg beras. Apalagi menyuruh anak-anak untuk meminta-minta di jalanan, tidak pernah. Saya memandang orang minta itu asor (hina). Jangan minta kepada manusia, tapi mintalah kepada Allah. Saya nggak mau minta-minta karena semua sudah ditanggung oleh Allah, ngapain minta ke makhluq-Nya. Maka tugas anak-anak di sini cuma mengaji dan sekolah.
****
Saat itu tiba-tiba muncul dua anak penghuni Panti Bani Ya’qub yaitu Jaka (12 tahun, asli Sidoarjo, berstatus yatim piatu) dan Mamat (10 tahun, asli Surabaya, dari keluarga tidak mampu). Saya tanya kepada keduanya, “Apakah kalian mau jika disuruh minta-minta?” Jawaban mereka berdua ternyata seragam “Tidak mau. Karena, kata Ibu (Siti Rahayu), meminta-minta itu buruk. Wong di sini sudah enak kok.”
*****
Apakah ada kendala dalam pembiayaan dan pengasuhan anak
Alhamdulillah tidak pernah kekurangan biaya dan juga tidak ada hambatan berarti. Kalau pun ada anak nakal itu wajar, namanya anak. Prinsip saya, datang karena Allah maka pergi pun karena Allah. Maka setiap hari wiridan wajib seluruh santri adalah membaca surat al waqiah setiap pagi.
(Syafiq)
Ya allah....
La kok tiba2 nostalgia.. kangen arek2 pas cilik bien.. kangen jg sama almarhum ibu dan bapak bien di menanggal...
Smoga tmn2 smua sukses.. dan smoga bapak dan ibu dsana tenang dan senyum melihat anak nya yg perna dia asuh dulu dan semoga jg ibu bapak senyum jg melihat panti bani yaqub masi banyak ank2 yg mengaji dan belajar dsana skrang.. amin