Saat putrinya sakit-sakitan, Ibu Wiwi tetap memperlakukannya sebagai anak normal; tanpa proteksi berlebihan namun tetap memberinya cinta yang optimal. Porsi kasih sayang yang “pas takaran” ini mengantarkan Jennie S. Bevlyadi atau yang lebih populer dengan Jennie S. Bev sebagai pengusaha sukses di negeri orang.
Pilihan sikap Wiwi agak mirip dengan kisah Napoleon Hill yang membesarkan Andrew Carnegie, anaknya yang lahir tanpa telinga. Dengan kenekatan yang didasarkan pada pola mindset yang diyakininya tepat, Hill memperlakukan Andrew sebagai anak normal dan dianggap bisa mendengar. Dan ia berhasil (Lihat Rubrik Udara Karya dalam Al Madinah edisi IX/ September 2009).
Jennie adalah lulusan fakultas Hukum Universitas Indonesia yang merantau ke Amerika Serikat lantaran krisis moneter 1997. Sembari bekerja, Jennie terus menulis. Hingga kini sudah ada sekitar 1.000 artikel, 60 buku elektronik, dan dua buku best seller yang tersebar ke banyak negara.
Salah satu karyanya, Guide to Become a Management Consultant, menjadi salah satu tulisan terbaik EPPIE Award dalam kategori non-fiction how-to. EPPIE adalah sebuah lembaga bergengsi dalam hal penerbitan online di Amerika.
Merasa menemukan jati dirinya sebagai penulis business how to dan motivator, Jennie mendirikan perusahaan StyleCareer.com yang menyuplai informasi terbaik di bidang bisnis fashion dan kosmetika.
Dari sebuah penerbitan online bermodal dengkul, StyleCareer.com berkembang menjadi konsultan bisnis fashion. Kini kliennya adalah kaum jetset sekelas John Casablanca, pendiri Elite Modelling (agensi model yang melahirkan artis Cindy Crawford, Naomi Campbell, dan Cameron Diaz).
Jika dirunut secara genealogis, bidang yang digeluti Jennie adalah warisan sang ibu, Wiwi Siat. Bedanya Wiwi adalah desainer fashion. Sejak lama ia melayani klien dari golongan selebriti dan pejabat tinggi.
Namun terlepas dari itu, kemandirian Jennie memang sudah diajarkan oleh ibunya sejak remaja. Ketika Jennie kerap sakit, bahkan dalam satu minggu hari sekolah hampir selalu ada dua hari yang melibatkan izin dokter, Wiwi tidak lantas memanjakannya. Ia terus memotivasi anaknya agar bisa sehat.
Menurutnya, terlalu mengasihani anak hanya karena ia punya keterbatasan, justru rawan memicu efek yang kontraproduktif pada diri anak. Karenanya, ia tetap memerlakukan Jennie sewajarnya.
Menyayangi memang jauh berbeda dengan memanjakan. Maka perempuan yang sekarang merintis sekolah fashion design itu pun tidak pernah mengambil alih semua proses pemecahan masalah yang menimpa putrinya. “Hal itu merupakan arena belajar bagi anak. Ini akan menjadi kunci kemandiriannya di masa depan,” tandas Wiwi.
Hal ini diserap betul oleh Jennie. Maka saat masih kuliah di Depok, ia lebih memilih naik bis hingga dua-tiga kali oper sebelum tiba di kampusnya, ketimbang diantar dengan mobil bersama sopir.
Namun pendidikan kemandirian, menurut Wiwi, harus diimbangi dengan dukungan penuh orang tua terhadap anak. Memberikan segala bentuk dukungan, moral maupun material, sangat diperlukan demi kesuksesan anak.
Terlebih, jika si buah hati punya bakat khusus yang positif. “Namun jangan sampai support itu mengorbankan kemandirian sang anak,” tandasnya.
Pada tahun pertamanya di Amerika, Jennie yang penyakitan, nekad hidup sendirian. Suami ditinggalkannya di Indonesia. Namun dukungan moriil yang diberikan ibu di tanah air mampu menyuntikkan energi positif kepadanya.
Dukungan maksimal semacam itulah yang dibutuhkan seorang anak untuk sukses mencapai cita-citanya. Jennie bertekad menjalani hidup yang mandiri, dan orang-orang terdekatnya memberikan kesempatan untuk itu.
Dan ia memang membuktikan bahwa keberanian dan mandiri adalah pasangan yang tepat untuk menggapai sukses. Hingga seorang Andrie Wongso pun, lantas meberikan gelar kepada Jennie sebagai wanita yang tingkat kepercayaan dirinya mendekati level "gila".
Bagaimana tidak, ia berangkat dengan modal bondo nekat. Tak ayal berbagai pekerjaan “rendahan” pun pernah dilakukan Jennie demi bertahan hidup. Bekerja sebagai janitor pernah dilakoni Jennie. Membersihkan, menyapu, dan mengepel lantai, hingga membersihkan toilet wajib dilakukannya.
Saat miskin itu pula Jennie bahkan pernah mengecap antrian di klinik kesehatan gratis, bersama para pengemis dan gelandangan, sebab mereka tak punya asuransi atau uang untuk ke dokter.
Rasa percaya diri yang besar untuk hidup mandiri, tidak bisa tidak harus dipupuk sejak usia dini. Dan mentalitas tersebut akan kuat bertahan, jika ada dukungan penuh dari orang sekitar, khususnya orang-orang terdekat seperti orang tua atau pasangan hidup.
Bagi kebanyakan orangtua, melepaskan anak semata wayang, perempuan lagi, untuk hidup di negeri orang dengan bermodal nekad, hampir tak pernah terbayangkan.
Di sinilah, orangtua mungkin perlu menata ulang pola pikir (mindset)-nya tentang tanggung jawab membesarkan dan menyukseskan anaknya. Dan semua orang tua bisa mempelajarinya dari sosok Ibu Wiwi.
(Diolah oleh redaksi dari berbagai sumber)
Jennie adalah lulusan fakultas Hukum Universitas Indonesia yang merantau ke Amerika Serikat lantaran krisis moneter 1997. Sembari bekerja, Jennie terus menulis. Hingga kini sudah ada sekitar 1.000 artikel, 60 buku elektronik, dan dua buku best seller yang tersebar ke banyak negara.
Salah satu karyanya, Guide to Become a Management Consultant, menjadi salah satu tulisan terbaik EPPIE Award dalam kategori non-fiction how-to. EPPIE adalah sebuah lembaga bergengsi dalam hal penerbitan online di Amerika.
Merasa menemukan jati dirinya sebagai penulis business how to dan motivator, Jennie mendirikan perusahaan StyleCareer.com yang menyuplai informasi terbaik di bidang bisnis fashion dan kosmetika.
Dari sebuah penerbitan online bermodal dengkul, StyleCareer.com berkembang menjadi konsultan bisnis fashion. Kini kliennya adalah kaum jetset sekelas John Casablanca, pendiri Elite Modelling (agensi model yang melahirkan artis Cindy Crawford, Naomi Campbell, dan Cameron Diaz).
Jika dirunut secara genealogis, bidang yang digeluti Jennie adalah warisan sang ibu, Wiwi Siat. Bedanya Wiwi adalah desainer fashion. Sejak lama ia melayani klien dari golongan selebriti dan pejabat tinggi.
Namun terlepas dari itu, kemandirian Jennie memang sudah diajarkan oleh ibunya sejak remaja. Ketika Jennie kerap sakit, bahkan dalam satu minggu hari sekolah hampir selalu ada dua hari yang melibatkan izin dokter, Wiwi tidak lantas memanjakannya. Ia terus memotivasi anaknya agar bisa sehat.
Menurutnya, terlalu mengasihani anak hanya karena ia punya keterbatasan, justru rawan memicu efek yang kontraproduktif pada diri anak. Karenanya, ia tetap memerlakukan Jennie sewajarnya.
Menyayangi memang jauh berbeda dengan memanjakan. Maka perempuan yang sekarang merintis sekolah fashion design itu pun tidak pernah mengambil alih semua proses pemecahan masalah yang menimpa putrinya. “Hal itu merupakan arena belajar bagi anak. Ini akan menjadi kunci kemandiriannya di masa depan,” tandas Wiwi.
Hal ini diserap betul oleh Jennie. Maka saat masih kuliah di Depok, ia lebih memilih naik bis hingga dua-tiga kali oper sebelum tiba di kampusnya, ketimbang diantar dengan mobil bersama sopir.
Namun pendidikan kemandirian, menurut Wiwi, harus diimbangi dengan dukungan penuh orang tua terhadap anak. Memberikan segala bentuk dukungan, moral maupun material, sangat diperlukan demi kesuksesan anak.
Terlebih, jika si buah hati punya bakat khusus yang positif. “Namun jangan sampai support itu mengorbankan kemandirian sang anak,” tandasnya.
Pada tahun pertamanya di Amerika, Jennie yang penyakitan, nekad hidup sendirian. Suami ditinggalkannya di Indonesia. Namun dukungan moriil yang diberikan ibu di tanah air mampu menyuntikkan energi positif kepadanya.
Dukungan maksimal semacam itulah yang dibutuhkan seorang anak untuk sukses mencapai cita-citanya. Jennie bertekad menjalani hidup yang mandiri, dan orang-orang terdekatnya memberikan kesempatan untuk itu.
Dan ia memang membuktikan bahwa keberanian dan mandiri adalah pasangan yang tepat untuk menggapai sukses. Hingga seorang Andrie Wongso pun, lantas meberikan gelar kepada Jennie sebagai wanita yang tingkat kepercayaan dirinya mendekati level "gila".
Bagaimana tidak, ia berangkat dengan modal bondo nekat. Tak ayal berbagai pekerjaan “rendahan” pun pernah dilakukan Jennie demi bertahan hidup. Bekerja sebagai janitor pernah dilakoni Jennie. Membersihkan, menyapu, dan mengepel lantai, hingga membersihkan toilet wajib dilakukannya.
Saat miskin itu pula Jennie bahkan pernah mengecap antrian di klinik kesehatan gratis, bersama para pengemis dan gelandangan, sebab mereka tak punya asuransi atau uang untuk ke dokter.
Rasa percaya diri yang besar untuk hidup mandiri, tidak bisa tidak harus dipupuk sejak usia dini. Dan mentalitas tersebut akan kuat bertahan, jika ada dukungan penuh dari orang sekitar, khususnya orang-orang terdekat seperti orang tua atau pasangan hidup.
Bagi kebanyakan orangtua, melepaskan anak semata wayang, perempuan lagi, untuk hidup di negeri orang dengan bermodal nekad, hampir tak pernah terbayangkan.
Di sinilah, orangtua mungkin perlu menata ulang pola pikir (mindset)-nya tentang tanggung jawab membesarkan dan menyukseskan anaknya. Dan semua orang tua bisa mempelajarinya dari sosok Ibu Wiwi.
(Diolah oleh redaksi dari berbagai sumber)
Halo
ibu Valerie anderson, pribadi pemberi pinjaman kredit, saya meminjamkan uang kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan keuangan mendesak, dan mereka yang telah ditolak kredit dari bank karena skor rendah kredit, pinjaman usaha, pinjaman pendidikan, kredit mobil, kredit rumah, perusahaan kredit dan banyak lagi, atau Anda ingin membayar utang atau biaya, atau Anda sebelumnya scammed oleh pemberi pinjaman uang palsu? Selamat Anda sekarang berada di tempat yang tepat, dengan VALERIE ANDERSON KREDIT PERUSAHAAN, layanan pinjaman handal, yang memberikan pinjaman pada tingkat bunga yang sangat rendah dari 2%, kami datang untuk mengakhiri semua masalah. kita menggunakan media ini untuk memberitahu Anda bahwa kami memberikan bantuan rahasia dan akan bersedia untuk menawarkan loans.So menghubungi kami hari ini melalui email di: valerieandersonloanfirm@gmail.com
Kami Apakah di sini untuk melayani Anda lebih baik !!!!!!